Thursday, 22 December 2011
Menjadi Konsumen yang Cerdas ( Kasus Modem Unlimited)
Salam Pembaca
Pagi ini saya ingin sedikit berbagi tentang salah satu pemikiran yang sudah lama sekali saya pendam. Seperti judulnya, sudah saatnya kita menjadi konsumen yang cerdas, tidak hanya menerima saja apa yang kita dapat dari pada bisnisman diluar sana.
Kasus tentang modem internet Unlimited yang banyak di keluarkan dengan berbagai macam paket bundlingnya dari berbagai operator di Indonesia adalah salah satu contoh kasus yang akan saya bahas disini. Pernah mengalami yang namanya RTO (Request Time Out) saat kita sedang asik-asiknya berselancar di internet, atau sedang asik-asiknya bermain game Online.
Jadi kemarin saya sempet wawancara dengan salah satu pioner programer pembuat paket bundling tersebut, cukup menarik juga pembicaraan kami. Dari awal membicarakan Cloud Computing, akhirnya merembet hingga paket bundling internet unlimited dari segala operator di indonesia. Ide awalnya dari lahirnya paket ini adalah, "limited financial, unlimited bandwith" tidak seperti desain awal dimana idenya adalah "limited bandwith, unlimited financial". Sebuah perkembangan yang bagus untuk dunia broadband di indonesia, namun bagaimana dengan layanannya? ini yang menjadi bahasan.
Mungkin anda pernah mengalami pengalaman yang saya tulis diatas, sedang asik-asik tapi harus naik tension karena tiba-tiba internet mati. Bukan rahasia lagi, kualitas pelayanan operator satu dengan yang lainnya hampir semuanya sama saja. Walau ada beberapa operator yang tidak parah-parah sekali pelayananya, tapi satu dengan yang lain "so... so.. lah...". Lalu kenapa itu terjadi?
Anda tahu BTS? menara operator yang tinggi-tinggi di cat merah dan putih itu. Itu dia kawan pembahasan kita di pagi ini. Jadi begini cara kerja menara-menara tersebut. Setiap menara itu memiliki kapasitas user yang terbatas, misal dalam 1 menara hanya dapat menampung 1000 user, otomatis jika kita menjadi orang ke 1001 berarti anda tidak akan mendapatkan tempat di menara tersebut. Tapi jangan kuatir, tidak berhenti disitu saja. Saat itu terjadi, menara 1 dengan menara 2 (menara terdekat) akan segera berkomunikasi, mengatakan bahwa ada 1 user yang tidak bisa di tampung di menara dia, dan kemudian mereka membuat semacam profile untuk di pindahkan ke menara terdekat. Kalau anda beruntung menara terdekat itu akan menerima anda jika disana masih ada slot user. Jadi kesimpulannya adalah hanya sebuah kuota, saat kita sedang internetan asik dan tiba-tiba mati ternyata hanya karena kita rebutan oleh user lain yang juga sedang asik berinternetan.
Menurut programer tersebut, ada cara supaya hal tersebut dapat di atasi, namun perusahaan harus mengeluarkan investasi lebih untuk menambah kuota user tersebut di menara mereka. So, agar mereka dapat melayani user lebih baik mereka harus menambah investasi, khususnya di titik-titik menara mendapatkan over kuota user lebih banyak di pantau dan di urusin lebih mendalam. Memang biaya lebih banyak dan kerjaan lebih capek namun demi kepuasan pelanggan harusnya mereka mempertimbangkan itu. Tapi apa yang ada? "Tanya kenapa?"... hehehe...
Best Regard
Rochester (Radhik)
Labels:
BTS,
Bundling Unlimited,
Kasus,
Konsumen,
Modem,
Operator,
PR Case,
Public Relation
Friday, 16 December 2011
Public Relations Modern
Salam Sahabat
Pembahasan kali ini yang saya akan jabarkan adalah bagaimana bentuk dari Public Relations Modern yang mengikuti perkembangan Teknologi Informasi.
Tahun 2009 menurut Yusmwohady dalam CROWD (PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) memprediksi bahwa ini adalah era dimana Public Relation (PR) akan segera mati karena ketidak mampuan mengelola perubahan komunikasi yang disebabkan perkembangan Teknologi Informasi. Era ini suka disebut juga dengan Era Web 2.0.
Berbeda dengan era web 1.0 dimana tampilan hanyalah static dan tidak mudah melakukan interaksi antara pihak komunikator dengan komunikan, interaksi paling maksimal bisa dilakukan hanya lewat email. Beda dengan perkembangan pada era 2.0, era ini web sudah berbasis dinamis. Interaksi secara online pun dapat terjadi secara real time.
Kembali pada analisi Yuswohady, wajar itu dapat terjadi, karena selama ini PR sering diasosiasikan dengan media relations, hanya berhubungan dengan media massa konvensional untuk apa pun program kegiatannya. Sedangkan web2.0 ini bukan lagi membutuhkan media massa konvensional, seperti yang di ungkapkan tadi, tapi juga sudah membunuh beberapa media massa cetak.
Kedepan para generasi PR harus sudah mengerti betul dengan era Web 2.0 ini. Karena nantinya akan ada generasi sebut saja Z yang tidak memiliki kepekaan sosial serta kecerdasan emosi yang rendah akibat telah dimanjakan oleh Online games, Facebook, YouTube, Twitter dan sosial media lainnya di dunia Cyber. Mereka mungkin tidak akan lagi membaca media massa konvensional. Bahkan sosialisasi dengan temannya pun mereka lakukan melalui teknologi personal yang ada di genggaman mereka.
Dengan perubahan ini para praktisi PR wajib dapat mengupgrade dirinya untuk lebih memahami tentang fenomena ini.
Best Regard
Rochester
Labels:
Facebook,
PR Case,
Public Relation,
Rochester,
Teknologi Informasi,
Twitter,
Web,
YouTube
Thursday, 1 December 2011
Kasus atau Memang Tidak Sengaja Kecelakaan
Salam untuk pembaca
Beberapa hari lalu terkait dengan peristiwa banting harga BlackBerry series Belagio yang mencapai angka diskon 50% di mall Pasific Place memang sempat membuat semacam sedikit insiden. Dalam hal ini banyak spekulasi yang mengatakan, itu murni sebuah insiden atau memang semacam kampanye yang digunakan untuk peningkatan image BlackBerry?
Menurut data, pamor BlackBerry sedikit meredup, namun sepertinya tidak dengan mindset para konsumen di Indonesia. BlackBerry sepertinya tetap menjadi primadona dalam urusan Smartphone. Smartphone yang banyak digunakan untuk berFacebook dan berBBMan ria ini memang menjadi target masyarakat. Memiliki BlackBerry seperti kita memasuki sebuah kelas tertentu. Seperti salah satu teman saya yang memiliki niat sekuat baja ingin memiliki BlackBerry. Apakah sekarang BlackBerry menjadi sebuah kebutuhan? jawabnya adalah tergantung orang tersebut. Secara pribadi, saya sendiri blum begitu membutuhkan BlackBerry, namun karena lingkungan saya yang sudah Full BlackBerry Minded membuat saya juga harus memiliki gadget yang satu itu. Kata mereka sih "biar engga ketinggalan info, kita semua share-sharenya lewat BBM". Sepertinya BlackBerry harus punya karena terpaksa :D
Kembali ke Kasus awal, seperti yang di tulis pada buku Silih Agung dan Jim Macnamara, Strategi Public Relations:
"Jika iklan bertindak sebagai orang pertama (perusahaan) yang memuji-muji diri sendiri, maka PR harus memanfaatkan orang ketiga untuk memuji orang pertama"
Kasus ini seperti sebuah konsep PR Profesional yang menggunakan konsep modern PR. Orang ketiga ini adalah para pembeli BlackBerry yang membludak tidak jelas, yang berperan sebagai pemuji bahwa produk kali ini sungguh istimewa. terlepas dari diskonnya yang hingga 50%.
Lalu apa target dari kejadian ini? tentu saja Media. Dengan adanya kejadian ini, serentak seluruh media meliput tempat kejadian perkara, yang automatis memberikan publikasi secara gratis kepada perusahaan yang berkaitan. Easy way, and the Cheapest way to get a free promotion...
Salah satu metode PR yang saya anjungi jempol, karena memiliki dampak yang tidak main-main terhadap salah satu produk dari negara Kanada tersebut.
Best Regard..
Rochester.
Subscribe to:
Posts (Atom)